Jumat, 02 November 2012

Fir’aun


Fir’aun (Arab : Fir’awn) adalah gelar dimana dalam diskusi dunia modern digunakan untuk seluruh penguasa Mesir kuno dari semua periode. Dahulu, gelar ini mulai digunakan untuk penguasa yang merupakan pemimpin keagamaan dan polotik kesatuan Mesir kuno, hanya selama Kerajaan Baru, secara spesifik, selama pertengahan dinasti ke delapan belas. Untuk simplifikasi, terdapat kesepakatan umum di antara penulis modern untuk menggunakan istilah ini untuk menunjuk penguasa Mesir semua periode.
Fir’aun diyakini berasal dari kata Pharao, sedang Fir’aun dalam Bahasa Indonesia adalah bentuk dalam bahasa Arab. Kata Pharao berasal dari Bahasa Mesir “pr-3” yang artinya adalah “Rumah Besar”. Pertama-tama ini adalah istilah untuk istana kerajaan, tetapi lama-lama artinya adalah penghuni istana ini, yaitu Sang Raja.
Asal mula gelar Fir’aun terjadi pada masa awaal-awal perkembangan masyarakat lembah Sungai Nil yang sangat subur yang bercorak pertanian. Untuk pengairan, masyarakat Mesir Kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya. Karena tanah dan batas-batas tanah sanagt penting dalam struktur masyarakat Mesir Kuno masa itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat. Tetua masyarakat itu diberi gelar “pharao” (Fir’aun) yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, Pharao ini diangkat menjadi Raja. Dimana dimasa itu sebagai pimpinan negara dan pimpinan keagamaan.
Pada awal perkembangannya, masyarakat Mesir Kuno terbagi atas Mesir Hulu dan Mesir Hilir yang memiliki Fir’aun dan lambang mahkota sendiri-sendiri. Raja Menes dari Thebes akhirnya menyatukan kedua daerah menjadi satu.

0 komentar:

Posting Komentar

tulisan bergerak

Coretan Makna :-) Terima kasih atas kunjungan Sahabat Coretan